gandamana

gandamana

Sabtu, 26 Juni 2010

WAYANG
WAYANG
     Cerita Wayang
                GANDAMANA  
                                                               

Gandamana Sang Putera Mahkota.
Prabu Gandabayu Raja Negeara Pancala atau Cempalaradya, dan Permaisuri Gandarini diliputi kecemasan, karena Puteri sulung Sri Baginda, yang sudah menginjak dewasa belum juga ada yang melamarnya.

Prabu Gandabayu memiliki dua orang putera, yang sulung seorang puteri, bernama Dewi Gandawati, dan bungsunya, adalah seorang putera bernma Pangeran Gandamana. Seorang satria yang sakti dan mandraguna, badan kokoh, tegap dan sigap. Menghadapi musuh dapat diandalkan. Sri Baginda Gandabayu, akhirnya memerintahkan kepada para punggawa kerajaan, akan digelarnya sayembara melawan Pangeran Gandamana, untuk memperebutkan Dewi Gandawati.  Sayembara telah di umumkan  Banyak para kesatria dan para raja mengikuti sayembara, namun semua terkalahkan oleh Gandamana. Sampai pada akhirnya datang seseorang dari negeri Atas Angin, Raden Sucitra. Raden Sucitra adalah sahabat Bambang Kumbayana. Sucitra seorang biasa, bukan. seorang pangeran, dan bukan keturunan raja, Kehadiran Sucitra pun diterima oleh Gandamana. Kemudian keduanya beradu kekuatan. Sucitra dapat mengimbangi kekuatan Gndamana. Akhirnya Sucitra dapat mengalahkan Gandamana., dan bisa memenangkan sayembara itu. Gandamana sangat kecewa. Namun kekecewaannya sedikit terobati dengan munculnya Prabu Pandu Dewanata. Yang menghadiri Sayembara tersebut, dengan menyatakan bahwa Sucitra adalah Sahabat Prabu Pandu. Prabu Pandu menawarkan kedudukan sebagai patih di Astinapura. Diharapkan agar tawaran itu dapat itu pertimbangkannya baik baik.

Sementara itu Prabu Gandabayu telah menunjuk Gandamana senagai penggantinya, andaikata ia lengser keprabon.Namun Gandamana menolak, dan Gandamana akan merelakan kepada Sucitra untuk menggantikan Ramanda Prabu Gandabayu, apabila sudah lengser keprabon. Sebelum lengser keprabon, Prabu Gandabayu, mengangkat menantunya yang bernama, Sucitra menjadi Raja di Pancala, dengan gelar Prabu Drupada.Sedangkan Pangeran Gandamana mengikuti Prabu Pandu, menjadi pepatih di Astinapura. Patih Gandamana merasa di muliakan oleh Prabu Pandu.

Prabu Pandu pulang dari mengikuti Sayembara Kunti. Pandu berhsil memenangkan sayembara yang diselenggarakan oleh Raja Basukunti. Basudewa pelaksana Sayembara.Siapa saja yang dapat mengalahkan Basudewa mnjadi pemenang, untuk memboyong Dewi Kunti.  Pandu berhasil memenangkan sayembara itu. Pandu mendapatkan Dewi Kunti. Pertarungan telah selesai, namun masih ada yang terlambat. Pangeran Narasoma dari Kerajaan Mandaraka datang terlambat. Karena Narasoma sewaktu dalam perjalanan bertemu dengan Begawan Bagaspati yang  membawanya ke Argabelah, sehingga ketika ia meneruskan perjalanan ke Mandura  menjadi terlambat. . Narasoma menantang Pandu sebagai pemenang lomba untuk melawan dirinya. Ia telah memiliki aji Candrabirawa.Sehingga ia memastikan Pandu belum tentu bisa memenangkan lomba itu andaikata Narasoma ikut dalam Sayembara itu. Pandu melayaninya. Narasoma dan Pandu bertarung mati matian. Namun Aji Candrabirawa tidak dapat nmengalahkan Pandu. Aji Candrabirawa yang sempat keluar dari badan Narasoma, masuk kembali ke badan Narasoma, karena kemampuan Pandu menahan Aji Candrabirawa. Hingga Narasoma merasa kewalahan, dan menyerahlah ia kepada Pandu. Narasoma tertarik dengan kesabaran  Pandu. Kelihatannya Pandu orang yang bijaksana dan dapat melindungi wanita. Maka Narasoma menitipkan Dewi Madrim kepada Pandu, agar berbahagia bersama Pandu di Astinapura. Pandu pun menerimanya. Narasoma meninggalkan adiknya, menuju ke Argabelah, untuk menjemput istrinya, Dewi Pujawati kembali ke Kerajaan Mandaraka. Pandu pulang dengan membawa dua orang Wanita, Dewi Kunti dan Dewi Madrim.Perjalanan Pandu beserta ke dua wanitanya, berjumpa dengan Pangeran Sri Gantalpati, dari Kerajaan Gandara. Sri Gantalpati mencegat Pandu yang telah memenangkan Sayembara. Sri Gantalpati menantang Pndu, untuk menguatkan kemenangan Pandu, karen belum tentu Pandu akan memenangkan Sayembara aaaaapabila Sri Gantalpati ikut pula dalam sayembara tanding. Pandu sebagaai kesatria, melayani kemauan Sri Gantalpati, Terjadilah pertarungan hebat. Namun dalam waktu singkat Pandu dapat menaklukkan Sri Gantalpati.Sri Gantalpati menyerah kalah. Dewi Gendari kakak Sri Gantalpati, yang ikut dalam perjalanan ke Mandura, diserahkan pula kepada Pandu. Akhirnya, Pandu bersama ketiga puteri, dewi Kunti Talibrata, Dewi Madrim dan Dewi Gendari, juga diikuti Sri Gantalpati yang berniat mengabdikan diri di negeri Astinapura.

Sementara itu Patuh Gandamana, menyiapkan sambutan kemenangan Pandu. Demikian pula kakaknya Drestarastra, menunggu kedatangan adiknya, Prabu Pandu pulang beserta rombongannya.Prabu Pandu hendak berbagi kebahagiaan pada kakaknya Drestarastra. Prabu Pandu menyerahkan ketiga puteri yang dibawa diserahkan kepada kakaknya. Siapa yang tidak kecewa mereka sudah mencintai Pandu, mengapa sekarang diserahkan kepada Drestarastra. Namun Dewi Kunti dan Dewi Madrim pasrah, sedangkan Dewi Gandari kecewa dan didalam hatinya mengharap agar ia tidak terpilih oleh Drestarastra.Ternyata Drestarasta memilih Dewi Gendari menjadi istrinya. Dewi Gendari dan adiknya Sri Gantalpati merasa kecewa. Sri Gantalpati menjadi berpikir keras, semula ia  mengikuti Pandu pulang ke Astina dengan harapan bisa menjadi pepatih di Astinapura, ternyata sudah ada Gandamana. Maka ia memutar otaknya, agar Gandamana tersingkir dari jabatan kepatihan. Andaikata ia menjadi pepatih Astina, ia akan mengobrak abrik tatanan di Negeri Astina. Untuk sementara waktu pemerintahan berjalan lancar sebagaimana biasanya. Sampai adanya suatu peristiwa.

Gandamana Luweng.
Diperbatasan Kerajaan Astina dengan Pringgadani, dilaporkan terjadi kerusuhan Perajurit Pringgadani memasuki Astinapura. Sri Gantalpati melaporkan kejadian ini pada Prabu Pandu. Patih Gandamana memberitahu pada Pandu, bahwa selama ini tidak ada perajurit pengintai melaporkan kepada kerajaan Astina. Sri Gantalpati mengata ngatai Gamdamana tidak pecus jadi Patih. Tidak peka dengan kejadian kejadian di sekelilingnya. Sri Gantalpati meminta kepada Pandu, agar Gandamana di kirim ke perbatasan, biar tahu dengan mata kepalanya sendiri. Pandu menyetujui saran Sri Gantalpati. Gandamana siap melaksanakan tugas. Gandamana berangkat dengan beberapa orang perajurit.

Dengan diam diam Sri Gantalpati menyuruh perajurit untuk mengintai Gandamana. Karena Gandamana sebagai orang luar akan bersekutu dengan orang orang Pringgadani. Makanya ia harus dibunuh. Pasukan Astinapun berangkat. Ditengah hutan mereka bertemu dengan Gandamana. Gandamana mengenal bahwa perajurit perajurit itu pertajurit Sri Gantalpati. Pasukan Sri Gantalpati, mengepung posisi Gandamana, dan menggiring Gandamana sampai disuatu tempat. Pasukan Sri Gantalpati meminta agar Gandamana menyerah dan akan di ajukan ke Prabu Pandu sebagai mata mata musuh. Gandamana menjadi marah, namun tanpa disadari, ada pukulan keras di belakang kepalanya, dan didepannya telah disiapkan jebakan berupa tanah berlobang tertutup daun daunan. Sehingga Gandamana terpersosok kedalam jebakan. Setelah dalam jebakan, Gandamana tidak sadarkan diri, karena sebelumnya terkena sebuah pukulan keras di kepalanya. Pasukan pengawal Gandamana semuanya di bunuh, dan di masukkan sekalian kedalam kubur Gandamana. Setelah itu di timbuni dengan batu batuan dan tanah, dan ditutup pula dengan rumput kering. Pasukan Sri Gantalpati melaporkan kepada tuannya, kalau Gandamana sudah terkubur dengan beberapa pengawalnya.Sri Gantalpati memberi hadiah sekampil uang emas. Mereka senang dan tidak akan membocorkan rahasia. Prabu Pandu menunggu kepulangan Patih Gandamana. Seminggu, dua minggu, tiga minggu Gandamana  tidak kembali. Sri Gantalpati membuat perkiraan terburuk, jangan jangan mereka ikut musuh. Prabu Pandu tidak terhasut dengan kata kata Sri Gantalpati,namun Sri Gantalpati tetap diangkat menjadi Pejabat Sementara Patih Astinapura, menggantikan Gandamana. Sementara itu Patih Gandamana, baru sadar dari pingsannya. Dengan ajian Bandung Bandawasa, menjadikan kuburnya terbuka. Batu batuan yang menindihi badannya, terpental jauh, keluar dari tempatnya. Dengan tertatih tatih Gandamana merangkak keluar dari kuburnya.Walaupun jalannya tertatih tatih, sampai juga di Astinapura.

Sementara itu Patih Sri Gantalpati melihat Gandamana datang, memerintahkan, agar Gandamana di tangkap. Gandamana marah marah, dengan sisa sisa kekuatannya, maka di hajarnya Sri Gantalpati, hingga hancur muka dan seluruh tubuhnya.Gandamana akan mengeluarkan ajian Bandung Bondowoso, namun Prabu Pandu mencegahnya, dan mohon agar Gandamana sadar diri.

Prabu Pandu mengatakan bahwa, karena Gandamana dalam waktu lama tidak ada kabarnya, maka Pandu telah mengangakat Sri Gantalpati menjadi pejabat Patih sementara. Karena Gandamana sudah kembali, maka jabatan akan di kembalikan lagi kepada Gandamana. Mendengar kata kata Pandu, Sri Gantalpati, menjadi marah. Sri Gantalpati, menyuruh Pandu memilih satu diantara mereka,  Gandamana atau Sri Gantalpati. Kalau Pandu memilih Gandamana maka Sri Gantalpati akan kembali ke Gandara, disana ia akan menjadi raja Gandara. Sri Gantalpati saat ini  memang Putera mahkota Kerajaan Gandara.

Pandu meminta pendapat Gandamana, bagaimana baiknya, karena Pandu merasa keberatan kalau ditinggal salah satu diantara mereka. Mendengar itu, Gandamana pun tahu diri.

Gandamana sangat berkesan dengan kata kata Pandu, namun Gandamana sudah tidak menginginkan lagi untuk menjadi patih di Astinapura, Gandamana berpamitan kembali ke Panacala. Gandamana berbuat demikian, karena Sri Gantalpati adalah saudara Pandu sedangkan ia hanya orang luar, jadi percuma saja, pasti dilain hari ada peristiwa yang lebih menyakitkan hati,

Gandamana kembali kenegerinya. Kepulangan Gandamana disambut gembira kakaknya, Dewi Gandawati dan suaminya Prabu Drupada. Prabu Drupada menyerahkan kembali tahta kerajaan Pancala kepada Gandamana, namun Gandamana tidak bersedia. Ia hanya ingin mengabdikan diri pada Raja Drupada dan keluarganya. Dewi Gandawati terharu dengan keputusan Gandamana. Dari hari kehari, dari builan kebulan dan dari tahun ke tahun Pemerintahan Prabu Drupada berjalan dengan lancar. Dengan bimbingan mantri praja Gandamana Prabu Drupada mantap dalam memimpin negeri.


Gandamana bandan.
Sementara itu sahabat Sucitra, Bambang Kumbayana telah mendarat di pelabuhan Pancala. Bambang Kumbayana datang dari negeri jauh di negeri Atasangin.

Dengan restu ayahnya, Resi Baratwaja berangkatlah ia. Dengan sebuah cerita perjalanan yang fantastik, dimana diceritakan ia di jemput kuda sembrani, sang kuda terbang, membawanya dari negeri Atasangin ke Negeri Pancala. Iadiceritakan mrmiliki anak bernama Aswatama, yang lahir dari seekor Kuda Sembrani, yang kemudian menjadi bidadari Wilutama. Sang Kumbayan bingung, kemudian bayi  Aswatama dititipkan pada Krepa dan saudara wanitanya Krepi.Versi lain menceritakan, Krepi menjadi istri Kumbayana, dan melahirkan Aswatama. Jadi Aswatama bukan anak seekor kuda Sembrani alih rupa dari bidadari Wilutama, tetapi anak Dewi Krepi. Dan versi yang lain lagi, Kuda Sembrani yang menyeberangkan Kumbayana keluar samodera, bukan bidadari Wilutama, tepai kuda sembrani itu alihan  rupa dari Dewi Krepi. Karena Dewi Wilutama adalah istri Arjuna yang melahirkan putera Wilugangga. Untuk ini kami serahkan pada anda sekalian. Tetapi yang baku Kuda Sembrani iti alihan rupa  dari Dewi Wilutama, dan Aswatama adalah anak Kuda Sembrani yang setelah melahirkan beralih rupa  kembali jadi Wilutama.

Bambang Kumbayana memasuki Istana Pancala. Karena ia orang awam, yang tidak punya tatakrama, apalagi di negeri orang. Ia kegirangan, ketika melihat sahabatnya, Sucitra duduk di singgasana raja. Ia berteriak teriak memanggil namanya. Sucitra !!!, Sucitra !!! lihaaat siapa akuuu !!!.  Mendengar orang memanggil nama asli raja yang begitu terhormat, maka Ganamana menjad marah. Kumbayana di seretnya keluar, dan di hajarnya habis habisan di luar istana. Kemudian Disuruhnya beberapa perajurit, untuk membawa Kumbayana dan melemparkannya kejalanan.

Sebenarnya Kumbayana dan Sucitra ada pertalian saudara, namun mereka tidak mengetahuinya.

Silsilah mereka adalah; Resi Kustabasuki, keturunan Batara Brahma, generasi keempat,  berputera: 2 orang, yaitu::

I,Arya Maruta

II,Arya Sangara,

I.Arya Maruta berputera  Baratmadya, :

Resi Baratmadya berputera :

1. Bambang Kumbyana, .

2. Bambang Kumbayaka,

3.Dewi Kumbayani

Kumbayana berputera Aswatama,


 II.Arya Sangara, mempunyai putera :seorang, yaitu, 

Arya Sucitra (Drupada), berputera

1..Drupadi,

2. Srikandi,

3.Drestajumna

Melihat silsilah itu, maka kita bisa menentukan bahwa usia Kumbayana adalah seumur Drestajumna.
Sedangkan usia Prabu Drupada seusia Resi Baratmadya. Jadi Drupada adalah paman dari Kumbayana.

Kumbayana dengan terlunta lunta berjalan tanpa tujuan. Sampailah ia di luar pagar Istana Astinapura. Di lapangan latihan ke prajuritan, Resi Bisma, kakek para Pandawa dan Kurawa, sedang melatih cucunya bela diri. Mereka usia 5 tahun sampai dengan 7 tahunan.Resi Bisma mengajarkan tata pemerintahan dan  olah kerajuritan poada cucu cucunya, baik Pandawa maupun Kurawa. Namun para Kurawa lebih suka belajar dengan Pamannya, Arya Sengkuni.Untuk menambah literartur kita, saya sampaikan riwayat Sengkuni. Arya Srigantalpati nama waktu masih mudanya, yang kemudian menjadi Sakuni atau Sengkuni adalah Putera Prabu Gandara dari Kerajaan Gandara. Sengkuni adalah putera kedua, setelah Dewi Gendari. Saudara saudara yang lain, yaitu saudara ke tiga dan keempat  adalah, Arya Antisura atau Arya Surakesti, Arya Surabasa dan Dewi Antiwati. Dewi Antiwati ini kelak menjadi istri Patih Udawa, Patih Dwarawati, dimasa Prabu Kresna.. 

Sri Gantalpati setelah di hajar oleh Gandamana pada waktu yang lalu, yang kemudian diangkat menjadi Patih Kerajaan Astina, bergelar Patih Sengkuni atau Suman, kini sudah menampakkan sifat aslinya, yang suka iri dan dengki. Sementara itu  Para Kurawa tampak sedang bermain bola. Tidak tahu entah dari mana bola di dapatkannya, Para Kurawa mengajak para Pandawa bermain bola. Kurawa mengajak Pandawa melawan Kurawa,jadi 100 melawan 5. Kekuatan tidak berimbang.Demikian Sengkuni mengajar kan sejak anak anak, agar mereka tahu kelompoknya, dan jangan sampai mereka bersatu. Resi Bisma tidak setuju dengan aturan Sengkuni. Mestinya mereka bergabung dan biar bermain sendiri.. Biar mereka yang menentukan kelompok pemain bolanya. Tetapi Sengkuni tetap berkilah, bahwa Kurawa tetap Kurawa dan Pandawa tetap Pandawa, tidak boleh ada kebersamaan diantara mereka Para Kurawa telah berhasil mengajak Pandawa bermain bola. Mereka saling sepak menyepak dan bola melambung tinggi keatas dan jatuh tepat masuk ke dalam sumur.

Akhirnya mereka berebut mengambil bola yang jatuh kedalam sumur yang amat dalam. Saking dalamnya, maka air sumur itu tidak kelihatan. Kalau dilempar dengan batu, suaranya lama baru terdengar kemudian.

Arjuna melihat seorang orang tua di pagar Istana. Arjuna segera keluar dari halaman istana, dan mendekati orang tua itu. Arjuna minta tolong, agar  di ambilkan bola dari dalam sumur. Orang tua itu, Bambang Kumbayana, di gandeng oleh Arjuna kecil ke sumur tempat bola kecebur di dalamnya.Sebenarnya ia masih muda usianya. Namun karena muka dan tubuhnya hancur, maka ia kelihatan tua seusia Abiyasa.Kedatangan Bambang Kumbayanaa membikin kaget Patih Sengkuni, tetapi Sengkuni berdiam diri, ia ingin tahu apa yang akan dikerjakan orang tua itu. Tiba tiba Bambang Kumbayana, mencabut beberapa rumput, yang kemudian satu persatu diluncurkan dengan selentikan jari jarinya, bagai anak panah rumput rumput itu meluncur satu persatu kedalam sumur. . Beberapa rumput sudah diluncurkan kedalam sumur. Rumput rumput itu terus di luncurkan, hingga rumput terakhir, terpegang oleh Kumbayana. Rumput rumput ternyata membentuk sebuah tali panjang yang  tersambung sambung satu demi satu,dari dalam sumur hingga keluar sumur, sampai dengan rumput terakhir yang sekarang terpegang tangan Bambang Kumbayana.yang melihat semua menjadi kagum, menyaksikan keajaiban Kumbayana. Hati Sengkuni menjadi tersirap, timbul rasa iri dan dengki melihat kepandaian Bambang Kumbayana.  Tali rumput di tariknya, benarlah, sebuah bola menyangkut dibawahnya. Dengan hati hati Bambang Kumbayana menarik tali rumput itu. Sesampai diatas bola itu segera dipengang Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana kemudian mengatakan, bahwa ini bukan bola tetapi sebuah pusaka. Mengapa sampai menjadi mainan anak anak. Ruipanya ada salah satu Kurawa memasuki ruang pusaka, dan mengambil pusaka itu yang dikira bola. Pusaka ini berisi lenga tala. Siapa yang terkena lenga tala ini, tidak akan terluka olegh senjata apapun. Sehingga ia akan memenangkan pertarungan bahkan dalam peperangan.. Namun patut di ingat, ia akan mengalami kematian yang sangat menyakitkan.  Ia akan tersiksa sebelum mati.

Tiba tiba Sengkuni merebut bola itu, dan di bukanya tutup bola itu.Lenga tala (mungkin apakah semacam minyak tanah) itu untuk mandi. Semua bagian tubuhnya terkena lenga tala. Tidak ada satu bagian tubuh pun yang terlewati. Kecuali dalam mulutnya. Ia lupa meminumnya. Mulut itulah jalan satu satunya menuju kematiannya dalam perang besar nanti, disamping mulutnya sendiri kotor dengan fitnah, juga penuh dengan iri dan dengki. Akhirnya Sengkuni menyetujui Bambang Kumbayana menjadi guru Pandawa dan Kura wa. Setiap hari kepandaian murid muridnya semakin meningkat. Mereka dilatih bela diri. Baik Pandawa dan Kurawa memiliki kekuatan yang seimbang. Hanya panah, yang di kuasai  oleh beberapa muridnya. Para Kurawa memang tidak sungguh sungguh dalam belajar memanah.Pra Kurawa sekedar bisa memanah, sudah merasa puas. Mereka tidak mau belajar memanah sampai mahir.Sedangkan Arjuna berlatih dengan sungguh sungguh. Sehingga Suyudana mencoba mencari orang lain yang bisa menjadi pesaing Arjuna.Kelak Suryaputra  menjadi pesaing tangguh Arjuna. 

Setelah setahun dua tahun memberi pelajaran bela diri kepada Pandawa dan Kurawa. Saatnya Bambang Kumbayana membalas dendam. Ia ingin balas dendam pada Sucitra dan Gandamana. Maksud Bambang Kumbayana didukung oleh Patih Sengkuni.Keduanya sudah merasakan di ajar habis habisan oleh Gandamana. Para Kurawa disertai Patih Sengkuni berangkat ke Kerajaan Pancala. Patih Sengkuni dengan para Kurawa berusaha menangkap Raja dan mantri Praja Gandamana. Namun baru ketemu perajurit Pancala mereka sudah kocar kacir lari kembali ke Astina. Kini Bambang Kumbayana dengan mengirim Arjuna dan Werkudara.. Melihat anak anak Pandu yang akan menangkapnya, Prabu Drupada dan Gandamana segera menyerah, tanpa perlawanan. Prabu Drupada dan Gandamana mengingat persahabatan dengan Pandu. Pandu telah berbuat kebaikan kepada mereka, sedangkan sekarang Pandu sudah tiada. Mereka mau menjadi tawanan Arjuna dan Werkudara..

Setelah dihadapkan kepada. Bambang Kumbayana, Tiba tiba Sengkuni memerintahkan para Kurawa untuk menghajar kedua tawanan. Punta Dewa melarangnya. Namun merka berusaha mengerubutnya. Pandawa melindungi kedua embesar Pancala dari serangan Kurawa. Mereka akhirnya mengeroyok pandawa. Untunglah Werkudara yang tubuhnya hampir seperti raksasa segera mencabut sebuah pohon, dan di kekelebatkan ke muka para Kurawa, sehingga Para Kurawa melarikan diri karena kesakitan. Bambang Kumbayana tidak akan menyakiti mereka, asal Prabu Drupada dan Gandamana mem berikan wilayah Sokalima, yang luasnya hampir separoh wilayah Pancala.

Prabu Drupada dan Gandamana menyetujui permintaan Bambang Kumbayana. Akhhir nya Bambang Kumbayana mendirikan daerah pertapaan dan perguruan Sokalima, dan daerah itu menjadi daerah perdikan, daerah yangb bebas dari campur tangan Negara Pancala.Bambang Kumbayana mengangkat dirinya menjadi Resi atau Raja Pandita, yang berkuasa penuh atas negara Sokalima atau Sokapanca,dengan gelar Pandita Dorna.

Sayembara Gandamana          
Prabu Drupada dan permaisuri Gandawati, kini telah memiliki dua orang anak perempuan, dan seorang anak laki laki.

Puteri pertama bernama Dewi Drupadi, yang cantik jelita.

Puteri yang kedua Dewi Srikandhi, seorang perajurit wanita,

dan seorang laki laki, bernama Drestajumna, yang gagah dan perkasa,

Drupada merasa cemas, melihat anak sulungnya belum ada seorang Pangeran pun yang mau mengenalnya apalagi melamar nya Sedangkan seusia itu mestinya sudah berkeluarga. Maka Prabu Drupada meminta Gandamana mengadakan sayembara, seperti dahulu, waktu mengadakan sayembara Gandamana yang pertama, memperebutkan Dewui Gandawati.Gamdamana menyetujui permintaan kakak iparnya, Prabu Drupada.

Diumumkanlah sayembara Gandamana unuk merebutkan Dewi Drupadi, untuk menjadi istrinya. Dalam Sayembara Gandamana, banyak Para Raja, Para Kesatria, dan Para Pandita mengikuti Sayembara Gandamana, namun mereka dapat tersisihkan oleh Gandamana. Hingga datanglah Para Pandawa yang menyamar sebagai Brahmana.Mereka melakukan penyamaran menghindari bentrok dengan para Kurawa.Sebenarnya kedatangan Pandawa sudah agak terlambat, karena Kurawa yang diwakili Suryaputra, walaupun berhasil memenangkan sayembara memanah, tidak dapat memboyong Drupadi ke Astina. Karena Drupadi tidak mengakui Suryaputra sebagai seorang kesatria. Drupadi menganggap Suryaputra, sebagai orang sudra. Arjuna mengikuti sayembara memanah, dan Arjuna memenangkan Sayembara memanah. Kemudian Werkudara bertarung dengan Gandamana. Mereka menpunyai kekuatan yang sama. Gandamana tidak mengetahui kalau lawannya adalah Werkudara, karena menyamar menjadi seorang pertapa. Gandamana berhasil mencekik leher Werkudara.Tetapi kemudian Gandamana mmengetahui kalau yang ada dihadapannya adalah Werkudara, maka ia melepaskan cekikan pada leher Werkudara. Namun Werkudara sudah ancang ancang melepaskan diri dari cekikan Gandamana, maka setelah cekikannya berkurang,   Werkudara menancapkan kuku Pancanaka kedalam dada. Gandamana. Gandamana roboh tidak berdaya. Para Pandawa berlarian menghampiri Gandamana Gandamana tidak menyesal, setelah mengetahui, bahwa yang berhasil mengalahkannya adalah Para Pandawa. Sebelum meninggal, ia menyerahkan beberapa pusaka dan ajian yang dimilikinya. Aji Bandung Bondowoso dan aji wungkal bener   diserahkan kepada Werkudara, aji sepi angin diberikan kepada Arjuna dan beberapa Ajian kalung robyong diserahkan kepada Punta Dewa.Para Pandawa berhasil memboyong  Dewi Drupadi menjadi istri Punta Dewa, dan menjadikan  Dewi Druipadi Permaisuri Prabu Punta Dewa.

Daalam cerita aslinya, diceritakan Dewi Drupadi  memohon kepada dewa agar mendapat jodoh seorang yang betul betul mencintainya, berbudi baik dan menyayangi keluarganya.Dewi Drupadi melakukannya sampai lima hari berturut turut. Pada hari kelima. Datanglah Batara Narada memberitahukan, bahwa dewi Drupadi akan mmemiliki suami lima orang, karena Dewi Drupadi memohon dewa sebnanyak lima kali. Kebetulan Dewi Drupadi diboyong Pandawa Lima, maka Drupadi menjadi istri Pandawa Lima. Mereka mengatur waktu untuk berkmpul dengan Dewi Drupadi. Dari perkawinan Dewi Drupadi dengan Pandawa Lima,

Prabu Punta Dewa memiliki seorang anak, bernama  Pratiwinda,

Werkudara memiliki seorang anak bernama Sutasoma,

Arjuna memiliki seorang anak bernama Srutakirti.

Nakula memiliki seorang anak bernama Satanika,

sedangkan Sadewa juga memiliki anak bernama Srutakama.

Keluarga Pancala, sangat berjasa dala perang  Baratayudha. Keluarga Pancala semua tewas, termasuk Prabu Drupada melawan Pandita Durna. Sedangkan Drestajumna berhasil membunuh Pandita Durna, untuk membalas kematian ayahandanya. Srikandhi bisa merobohkan Resi Bisma. Kedua pahlawan ini kelak akan dibunuh pula oleh Aswataama, anak Pandita Durna, setelah perang Baratayudha selesai.
Dalam peristiwa ini, Pancawala putera Drupadi dengan Prabu Puntadewa,  juga terbunuh oleh Aswatama.

Demikilah kisah Raden Gandamana, seorang putera mahkota yang merelakan tahta kerajaan Pancala, demi kebahagiaan kakaknya. Gandamana mengabdi pada Kerajaan Pancala hingga ajal menjemput. Yang kemudian menjadi semangat  Para Pahlawan muda dari Pancala dalam Perang Baratayudha.***.


SEKIAN